*** SELAMAT DATANG *** Ini adalah blog pribadi yang dikelola secara independen oleh Netter desa Mintobasuki kec. Gabus kab. Pati. Blog Mintobasuki Gabus Pati bukanlah blog resmi pemerintahan desa Mintobasuki. Blog ini tidak ada hubungan dalam bentuk apa pun dengan organisasi, kelompok dan kepentingan tertentu di desa Mintobasuki. Artikel-artikel yang disajikan adalah tulisan lepas yang berisi uneg-uneg, ide, pemikiran, opini pribadi penulis dan pernik-pernik terkait desa Mintobasuki.

Info Desa

Letak Geografis
Mintobasuki adalah sebuah desa di Kecamatan Gabus Kabupaten Pati prop Jawa Tengah. Dari pusat kota pati sekitar 4 km ke arah selatan. Sedangkan dari pusat kecamatan Gabus sekitar 7 km ke arah utara. Dari jalur utama Pati-Gabus masuk sekitar 1 km melalui jalan utama Mintobasuki-banjarsari. Letaknya paling utara dari kecamatan Gabus. Sebelah utara berbatasan dengan dengan Sungai Silugonggo dan Desa Kedung Mulyo(kecamatan Jakenan), Sebelah timur berbatasan juga dengan desa Kedungmulyo, Sebelah selatan berbatasan dengan desa Gempolsari dan Banjarsari, demikian pula sebelah barat berbatasan dengan Sungai Silugonggo yang mengalir ke Juwana.

Topografi Desa
Sebagian wilayah desa ini berupa persawahan yang luas yang beada di sisi timur. Sedangkan sisanya adalah pemukiman penduduk. Daerah tepi barat merupakan kawasan yang rentan dengan banjir ketika musim hujan tiba karena luapan sungai Silugonggo yang tidak mampu menahan debit air hujan disamping kiriman air dari waduk Kedungombo, Sragen dan Tanggul Angin, Kudus. Kondisi semacam ini adalah sudah merupakan hal yang lumrah dialami warga mintobasuki yang tinggal di Dukuh Jrakah Kulonan dan Loran. Air bisa mencapai ketinggian satu meter di rumah-rumah warga sehingga mengharuskan warga untuk mengungsi ke tempat yang aman. Banjir yang menggenangi jalan, area persawahan dan pemukiman warga bisa memakan waktu berhari-hari bahkan bisa berbulan-bulan. Tahun 2007 banjir yang menggenang RW2 dan RW 1 berlangsung 3 bulan. Warga yang tidak mengungsi hanya bisa bertahan di rumah-rumah mereka sambil menunggu datangnya bantuan dari tim SAR. Kondisi semacam inilah yang mendorong waga desa ini untuk membuat rumah susun atau pun ranggon sebagai langkah antisipasi menghadapi musim banjir tiba. Kerugian yang tidak sedikit dialami oleh warga, dari gagalnya panen karena banjir yang menggenangi areal persawahan, hilangnya mata pencaharian, kerusakan area pemukiman, ancaman kesehatan, susahnya mendapatkan air bersih, rusaknya sarana dan prasarana desa, bahkan hilangnya nyawa, dll. Tidak ada yang bisa dilakukan warga untuk menaggulangi musibah tahunan ini. Warga hanya bisa pasrah tatkala hujan deras yang mengguyur desa mereka menjadikan meluap sungai dan air masuk kerumah-rumah mereka tanpa pandang bulu, tanpa pilih kasih. Sedangkan kawasan yang ada di bagian tengah desa dan selatan relatif aman dari musibah ini karena disamping letaknya jauh dari DAS Silugonggo, juga lokasinya lebih tinggi.

Tingkat Pendidikan Warga
Di desa ini ada 2 SD Inpres yang sudah berdiri sejak tahun 60-an. SD Mintobasuki 01 dan 02. SD Minto 01 ada di tengah desa sedangkan SD Minto 02 ada di sebelah timur. Di sinilah awalnya saya tumbuh untuk belajar bersama teman-teman sebaya di tahun 80-an. Sarana belajarnya cukup representatif.  Sedangkan untuk pendidikan lebih lanjut ada di Kota Pati atau Kecamatan.
Seperti halnya desa-desa lain di kecamatan Gabus, tingkat pendidikan di sini masih tergolong rendah, hanya sebagaian kecil yang mampu menempuh jenjang pendidikan tinggi, terutama kaum tuanya. Rata-rata cukup tamat SMA atau STM. Atau bahkan cukup SMP saja. Hal ini bisa dimaklumi karena tingkat ekonomi warga yang belum mampu untuk membiayai putra-putri mereka sampai ke jenjang pendidikan tinggi. Bahkan yang bisa sampai mengenyam pendidikan di bangku kuliah bisa dihitung dengan tangan. Akan tetapi di tahun-tahun belakangan ini saya melihat para orang tua sudah concern untuk memberikan perhatian yang serius kepada pendidikan anak-anak mereka. Banyak dari warga yang telah mengenyam pendidikan di bangku kuliah.

Mata Pencaharian Warga
Mata pencaharian mayoritas warga Mintobasuki adalah dari sektor pertanian dengan mengandalkan  sistem tadah hujan. Komoditas utamanya adalah tanaman padi, jagung, kacang-kacangan, palawija dan tebu. Saat ini yang menjadi primadona warga adalah tanaman tebu, pasalnya perawatannya yang mudah, hasilnya yang cukup lumayan dan tidak perlu khawatir dengan ancaman banjir.
Karena hanya mengandalkan turunnya hujan, hasil pertanian pun tidak maksimal, apalagi jika terjadi gagal panen karena adanya banjir, serangan hama wereng dan tikus. Langkah-langkah modernisasi dan mekanisasi pertanian belum ditempuh warga. Warga masih menerapkan sistem tradisional untuk melakukan pengolahan lahan pertanian mereka.
Di samping bercocok tanam, ada pula warga yang berprofesi sebagai guru, pengusaha, pedagang, pengrajin, tukang bangunan, buruh kasar, nelayan, peternak dan ada juga yang merantau ke daerah lain. Daerah perantauan favorit warga adalah pulau sumatra, karena terbukti banyak yang sukses merantau ke sana sebagai petani karet, baik yang berstatus penggarap maupun yang sudah memiliki lahan sendiri. Tetapi ada juga yang merantau ke luar negeri seperti malaysia.

Sarana dan Prasarana Desa
Sarana dan prasarana desa Mintobasuki bisa dibilang cukup memadai. Dari sarana Ibadah dengan dibangunnya masjid dan mushallah, sarana pendidikan dasar dengan adanya dua SD inpres, sarana pendidikan Diniyyah dengan dibangunnya gedung TPA yang cukup besar, sarana jalan desa yang sudah beraspal, sarana penerangan dengan sudah masuknya aliran listrik di akhir tahun 1980-an, sarana penyediaan air bersih dengan dibangunnya tower air bersih yang rencananya akan dialirkan kerumah-rumah warga, sarana administrasi desa dengan dibangunnya gedung balai desa yang cukup representatif, sarana kesehatan dengan ditempatkannya Bidan Desa yang siap melayani warga, dll.

Kondisi Sosial Masyarakat
Maraknya media komunikasi dan sarana informasi dewasa ini telah memberikan sumbangsih yang besar bagi perubahan kehidupan sosial masyarakat. Baik dalam pola pikir, gaya hidup, pergaulan, etika, moral dan sebagainya. Tidak hanya di level masyarakat kelas atas dan menengah akan tetapi juga di tingkat masyarakat tingkat bawah. Tidak hanya dikota-kota besar akan tetapi juga yang tinggal di pelosok, tak terkecuali mintobasuki. Tingkat pendidikan telah mengubah cara berfikir sebagaian pemudanya yang berimbas pada style mereka dan mata pencaharian mereka. Demikian pula pola pergaulan barat yang tidak mengindahkan norma-norma keIslaman sudah mulai menggejala meski dalam pandangan umum dinilai masih dalam stadium yang wajar. Akan tetapi nilai-nilai dasar masyarakat di sini tetaplah dipegang, semisal semangat gotong royong dan tolong menolong, meski ada juga kesan-kesan individualistis yang ditampilkan oleh sebagaian pemudanya. Demikian rasa kekeluargaan masih dipegang erat oleh warganya.

Kondisi Religius Masyarakat
Masyarakat Mintobasuki umumnya awam dalam masalah pendidikan agamanya terlebih diakalangan generasi tuanya. Akan tetapi ada fenomena yang cukup menggembirakan dengan kian berkembangnya kesadaran warga untuk mendidik putra-putrinya agar mengenal Islam. Kesadaran orang tua untuk menyekolahkan putra-putrinya di TPQ desa adalah salah satu bukti konkritnya. TPQ yang di asuh oleh ustadz dan ustadzah desa Mintobasuki telah terbukti mampu mencetak putra-putri yang gemar baca al-Qur’an dengan baik dan benar.
Disamping itu, bukti lain akan kian berkembangnya kesadaran warga atas agamanya adalah dengan didirikannya masjid Al-Amin yang baru yang menyatu dengan SD Mintobasuki 01. Masjid yang rencananya akan di bangun dua lantai ini diperkirakan akan menghabiskan biaya lebih dari 2 Milyar rupiah. Saat ini tahap pembangunan baru selesai sekitar 50%. Namun, secara fungsi masjid yang baru ini sudah layak untuk digunakan sebagai sarana ibadah sehari-hari. Latar belakang dipindahkannya masjid al-Amin yang lama ke lokasi yang baru ini karena pertimbangan masjid yang lama sudah tidak mampu lagi mencukupi untuk menampung jamaah warga ketika melaksanakan sholat Jum’at, terlebih sholat Id.

Penutup dan Tujuan
Demikianlah sekelumit tentang desa Mintobasuki ini. Adapun data tentang berapa jumlah penduduk, luas areal, peta desa dan lain-lain belum bisa saya tampilkan disini karena belum adanya data tentang hal itu.
Saya berharap dengan blog ini bisa menjaring saudara-saudara saya warga mintobasuki yang mungkin tinggal di tempat lain yang ingin mengetahui kabar desa tercintanya saat ini atau sekedar melepas kerinduan. Kritik dan saran dari saudara-saudara sekalian sangat saya harapkan demi lebih baiknya blog ini.

Terima kasih atas kunjungannya.
Abu Unais
Mintobasuki

 
*MUTIARA HADITS NABI SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM* Abu Sa'id al-Khudri mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, "Apabila seorang hamba (manusia) masuk Islam dan bagus keislamannya, maka Allah menghapuskan darinya segala kejelekan yang dilakukannya pada masa lalu. Sesudah itu berlaku hukum pembalasan. Yaitu, suatu kebaikan (dibalas) dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat; sedangkan kejelekan hanya dibalas sepadan dengan kejelekan itu, kecuali jika Allah memaafkannya."(HR BUKHARI) Anas رضي الله عنه mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan (7 - di dalam riwayat yang mu'alaaq: iman [17] ) seberat biji gandum. Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji burr. Dan, akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di hatinya ada kebaikan seberat atom."(HR BUKHARI)